Minggu, 16 Oktober 2011

Sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Realitas Umat

Sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang harum, sejarah hidup manusia pilihan yang berisi akhlak-akhlak Nabi, mukjizat-mukjizat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan kejadian-kejadian yang melibatkan Rasulullah, semuanya adalah sumber air yang deras dan mata air jernih dan melimpah. Air segarnya bisa ditimba oleh setiap orang yang ingin membersihkan dirinya dari polusi-polusi berhala dan menyelamatkan dirinya dari noda-noda jahiliyah. Bahkan sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam laksana matahari yang bersinar terang, bulan purnama yang bercahaya, pemantik api yang menyala, dan cahaya berbinar, yang dapat melenyapkan gelapnya penyimpangan akidah, prilaku sosial, akhlak dan lain-lainnya.

Sesungguhnya kebutuhan umat akan pengetahuan tentang Sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan pengambilan sinar dari pelita kenabian melebihi kebutuhan lainnya. Bahkan urgensinya melebihi segala hal yang dianggap urgen. Maka setiap orang yang mengharapkan Allah dan hari Akhir selalu menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan dan menempatkan Nabi sebagai panutan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab :21)
Orang-orang yang beriman dengan sungguh-sungguh selalu menggali urusan-urusannya dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Karena segala sesuatu bisa berjalan dengan baik tanpa hal itu. Maka petunjuknyalah yang mereka ikuti, hanya dengan cahaya Sunnahnya mereka berjalan, dari mata air kenabiannya mereka memuaskan dahaganya, panji-panji petunjuknyalah yang mereka angkat, dan hanya dibawah benderanya mereka berkumpul. Mereka menjatuhkan bendera-bendera yang mencurigakan, menyingkirkan simbol-simbol tauhid dan mutaba’ah (mengikuti Sunnah). Simbol inilah yang mereka jadikan sebagai pedoman hidup, bekal kematian, obyek perjuangan, dan pegangan untuk berjumpa dengan Tuhan semesta Alam.
Kebutuhan umat untuk menjadikan Sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai petunjuk dan teladan belum pernah sebesar kebutuhan mereka saat ini. Saat umat tengah dihantam beragam gelombang cobaan, lingkaran fitnah saling silang, hawa nafsu menjadi pemenang, anggapan dan pendapat berkuasa. Di samping itu umat juga berhadapan dengan serangan yang terbuka, tantangan yang licik, dan persekongkolan yang mengerikan dari musuh-musuh Islam yang memiliki latar belakang agama yang beragam.
Mereka dipimpin oleh orang-orang yang dikutuk dan dimurkai oleh Allah. Sebagian mereka diubah wujudnya menjadi monyet dan babi, serta mengabdi kepada Thaghut. Yaitu orang-orang yahudi, Zionis, dan para pendukungnya yang berasal dari kalangan penyeru trinitas dan penyembah salib. Serta para pendukung mereka dari kalangan orang-orang yang terpedaya oleh mereka, dan orang-orang sekuler dan para penganjur westernisasi yang terpengaruh dengan panah gagasan mereka dan borok budaya barat.
Kepedihan semakin parah ketika banyak umat Islam yang tidak mengetahui hakikat agama dan esensi akidahnya. Mereka justru mengikuti arus yang datang tanpa memilah dan memilih. Atau mereka bersikukuh mempertahankan warisan bid’ah tanpa penyelidikan dan penelitian.
Dan ketika dibuat perbandingan atas pandangan mayoritas umat Islam terhadap Sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, anda benar-benar menemukan keanehan yang luar biasa. Sebagian orang berlebih-lebihan dalam memuja Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menempatkannya pada posisi tuhan. Ada golongan yang tidak peduli kepadanya. Dan ada orang yang memandang Sirah Nabi sebagai cerita belaka yang bisa dibaca tanpa perlu diikuti dan diteladani. Sehingga tidak mampu menggerakkan hati, membangkitkan harapan, dan mengasah tekadnya.
Abul Qosim Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib Al-Hasyimi Al-Qurasyi lebih dari seorang tokoh besar di dalam sejarah. Karena kemuliaan seseorang Nabi dan kehormatan seorang Rasul yang membuatnya harus dicintai dan diikuti. Hubungan kita dengan Rasul tercinta dan Sirahnya yang semerbak bukanlah hubungan sementara atau kisah tentang mukjizat dan nostalgia belaka. Melainkan hubungan erat yang berlaku dalam segala kondisi dan urusan sampai nyawa terlepas dari badan. Figur Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bukanlah figure yang tenggelam dan terkubur di dalam sejarah yang kadang timbul dan kadang tenggelam. Kisah beliau memenuhi cakrawala dan kesaksian terhadap kerasulannya bergaung melalui mimbar-mimbar dan meleset melalui menara-menara.
Seorang muslim yang tidak menghayati cinta Rasulullah di dalam hatinya dan tidak meneladani beliau di dalam tindakan dan pikirannya di setiap waktu dan setiap saat, maka tidak berguna baginya mendendangkan sejarah hidup beliau dan menyusun kata-kata yang memuja dan memuji beliau. Dan tidak ada yang lebih berharga dan lebih tinggi di banding pujian dan sanjungan yang diberikan Tuhan kepada beliau. Bukankah dia telah mengharumkan namanya, mengangkat derajatnya setinggi-tigginya, dan melapangkan dadanya ?
Kecenderungan sebagian umat Islam untuk menyatakan kecintaan mereka kepada Nabinya melalui kata-kata, sesungguhnya terjadi ketika mereka tidak mampu memikul beban amal, jiwa mereka meninggalkan tekad yang kuat, dan menyerah kepada kemalasan. Sebab, upaya yang membutuhkan tekad yang kuat ialah memegang teguh dan meneladani. Daripada berdendang dan bernyanyi, seorang muslim yang serius memilih bangkit untuk mengoreksi diri sendiri dan memperbaiki kondisi pribadi. Sehingga ia dapat benar-benar meneladani Rasulullah dan menerjemahkan pengakuannya ke dalam realitas nyata di segala bidang. Mulai dari urusan duniawi, ukhrawi, perang, damai, suka, duka, ilmu,amal, ibadah hingga muamalah.
Menjadikan Islam menjadi menggelengkan kepala, memperbesar surban, memperpanjang tasbih, diikuti dengan mulut komat kamit, mengandalkan bacaan-bacaan dzikir yang tidak diajarkan oleh Allah, dan mempertahankan kasidah-kasidah dan syair-syair pujian benar-benar sesuatu yang aneh dan sulit diterima akal sehat.
Dan yang lebih gila lagi, hal-hal semacam itu dijadikan sebagai parameter untuk mengukur benar atau tidaknya kecintaan seseorang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan pedoman untuk menuduh orang yang meninggalkannya dan menunjukkan kekeliruannya sebagai orang yang melecehkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Seperti kata pepatah : ‘‘ Itu adalah prilaku yang kuketahui dari Akhzam’’.
Jadi, cinta kita kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tertanam di lubuk hati kita. Dan cinta kepada beliau tidak bisa masuk ke dalam hati semua orang yang munafik dan ingkar.
Sayangnya, musuh-musuh agama berhasil meruntuhkan bangunan cinta tersebut dan menghancurkan pilar-pilarnya akibat lengahnya para penganjur kebaikan. Wahai para pecinta Rasulullah, bagaimana mungkin warisan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dibiarkan menjadi jarahan musuh ? Bagaimana mungkin agama Allah diutak-atik dan diubah dalam kelengahan dan ketenangan ?
Bagaimana mungkin jahiliyah masa lalu disiapkan untuk kembali lagi ? Maka hendaknya seluruh umat Islam memahami sejarah hidup Rasulnya dengan pemahaman yang dilandasi dalil dan argumen yang jelas. Sebelum mereka tersesat oleh jalan yang bengkok dan menjauhi dari jalan yang benar. Sementara mereka beranggapan bahwa diri mereka tengah melakukan kebajikan.
Umat ini pernah mengalami gejala-gejala semacam ini pasca berakhirnya tiga generasi awal Islam. Ternyata gejala-gejala semacam itu tidak memberikan manfaat apa-apa, tidak bisa mengembalikan kejayaan, tidak mampu melahirkan imunitas (kekebalan), dan tidak sanggup mengembalikan tempat-tempat yang disucikan. Apabila umat Islam yang telah mengalami kondisi yang memperihatinkan ini berbicara tentang mukjizat-mukjizat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mana mungkin pembicaraan itu terasa nikmat, dan mana mungkin perbincangan itu terasa enak ? Sementara tempat-tempat yang disucikan oleh umat Islam diobrak-abrik oleh musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi yang keji ! Lihatlah ! Mereka menunjukkan sikap permusuhannya secara terbuka dan membuat nyala api fitnah semakin membara dan mengincar tempat-tempat ibadah umat Islam.
Pantaskah kita berbicara tentang mukjizat dan nostalgia sementara orang-orang serba menyerang saudara-saudara kita dan menginjak-injak kehormatan di Republik Bosnia Herzegovina ?
Apa enaknya berbicara, sementara orang-orang hindu penyembah berhala yang nyata-nyata menyimpan dendam kesumat mengincar masjid-masjid dan tempat-tempat ibadah kita di anak benua India ?
Bagaimana ? Dan bagaimana ? Sementara isu-isu keislaman menggantung dan masalah-masalah umat Islam tengah terperosok, kecuali orang-orang yang mendapat rahmat Allah. Laa haula wala quwwata illa billah.
Wahai umat Islam, sesungguhnya kita perlu memperbaharui orientasi, mengoreksi sikap, dan berfikir panjang untuk melakukan evaluasi dan introspeksi. Dengan mengkaji sirah Nabi , kita ingin mendapatkan sesuatu yang bisa meningkatkan iman, menyucikan hati, memperbaiki perangai dan meluruskan orientasi. Banyak orang yang keliru ketika memandang Nabi Shllallahu ‘Alaihi Wasallam dan sejarah hidupnya seperti memandang orang-orang besar di masa mereka, hanya pada aspek-aspek tertentu yang sangat terbatas berdasarkan ilmu pengetahuan, pengalaman, atau kejeniusan.
Karena Rasulullah memiliki seluruh aspek kebesaran di dalam dirinya, prilakunya, dan seluruh hal-ihwalnya. Meskipun demikian, beliau bukanlah tuhan yang bisa dijadikan sebagai tempat mengadu atau disembah. Beliau hanyalah seorang Nabi yang harus ditaati dan diikuti. Beliau adalah anugerah yang diberikan Allah kepada umat ini. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala:

لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri. (QS.Ali Imran :164)
Sungguh sangat disayangkan bahwa sebagian umat Islam tidak menghargai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagaimana mestinya. Meskipun mereka mencintai dan menghormatinya. Karena kecintaan mereka adalah cinta pasif yang tidak punya gaung di dalam perilaku dan perbuatan. Perhatikanlah petunjuk Nabi di bidang akhlak, maka anda akan mendapatkan contoh yang sempurna dalam hal kelembutan hati, keringanan tangan, menghindari hal yang menyakitkan hati, berbagi, menjaga kehormatan diri dan mempertahankan integritas. Beliau selalu berseri-seri, mudah kompromi, sangat santun, tidak kasar dan tidak suka berteriak-teriak di pasar.
Anas Radiyallahu ‘Anhu menyatakan : ‘ Aku tidak pernah memegang kain sutera yang lebih lembut dari tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dan aku tidak pernah mencium sesuatu yang lebih harum dari bau tubuh Rasulullah’. ( HR. Ahmad,3/227 Al-Bukhari, 3561, dan Muslim, 2330 )
Ia juga mengatakan: ‘ Aku pernah menjadi pembantu Rasulullah selama 10 tahun. Selama itu beliau tidak pernah berkata ‘Ah’ kepadaku. Beliau tidak pernah bertanya: Mengapa kamu lakukan itu ? untuk sesuatu yang aku lakukan. Dan beliau juga tidak pernah bertanya : Mengapa kamu tidak melakukan ini ? untuk sesuatu yang tidak aku lakukan’. (HR. Al-Bukhari, 3068, Muslim, 2309 dan At-Tirmidzi, 2015 ).
Abdullah Bin Harits Radiyallahu ‘anhu berkata : ‘Aku tidak pernah melihat orang yang lebih banyak tersenyum selain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Anas bin Malik Radiyallahu ‘Anhu berkata : Aku pernah berjalan kaki bersama Rasulullah sementara beliau mengenakan jubah ala Narjan yang bagian tepinya keras. Kemudian beliau disusul oleh seorang badui yang langsung menarik jubah beliau dengan keras. Aku melihat kulit pundak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan terdapat bekas tepi jubah yang ditarik dengan keras. Lalu ia berkata : ‘‘Berilah aku sesuatu dari harta Allah yang ada padamu. Beliau menoleh ke arahnya lalu tertawa dan memerintahkan agar memberinya sesuatu.’’(HR. Al-Bukhari, 3149 dan Muslim, 1057)
Sungguh benar-benar perangai yang luhur dan akhlak yang mulia. Lalu,apakah orang-orang yang mendendangkan sejarah hidupnya saat ini mau mengikuti jejaknya.
Abdullah bin Rawahah berkata :
Di tengah kami ada utusan Allah yang membaca kitabNya
Ketika kebaikan muncul dari fajar dan bersinar terang
Dia membuat kami melihat petunjuk setelah kami buta
Hati kami pun yakin bahwa apa katanya pasti terjadi
Pinggangnya jauh dari kasurnya sepanjang malam
Kala orang-orang musyrik berat meninggalkan ranjangnya.

Ali Radiyallahu ‘Anhu berkata: ‘Dahulu ketika kondisi mencekam dan pasukan telah bertemu dengan pasukan, kami berlindung kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka tidak ada orang yang lebih dekat dengan musuh selain beliau.
Begitu juga dalam interaksi beliau dengan Sahabat-Sahabat, keluarga dan istri-istrinya. Termasuk di dalam mengelola Negara Islam, beribadah kepada Tuhan, membelanjakan harta dan berbagi dengan sesama. Serta upaya menjalankan tugas kerasulannya dan menyampaikan dakwahnya.
Sesungguhnya umat Islam sebagai pihak yang diberi amanah untuk merawat warisan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam harus ditimpa oleh kejadian-kejadian dan dididik oleh pengalaman-pengalaman. Karena fitnah dan malapetaka senantiasa mengepung umat ini.
Namun, kendati dihantam banyak tragedi dan didera banyak luka, umat ini tetap produktif dan kebaikannya tidak akan ada habisnya sampai Hari kiamat. Sebab, di tengah penderitaan melawan musuh, kilauan optimisme masih menyembul dan kilatan harapan masih muncul ke permukaan. Hal itu diwujudkan dengan adanya kesadaran global, kebangkitan Islam, dan gerakan-gerakan sosial yang menyuarakan Islam dengan prinsip-prinsipnya yang benar dan fakta-faktanya yang cemerlang.
Telah terbukti dengan jelas, bahwa mengangkat panji-panji jihad di jalan Allah, memproklamirkan semangat bekorban dan kesiapan menjadi syahid dalam rangka membela kebenaran adalah satu-satunya jalan untuk menjunjung tinggi kalimat Allah dan membawa pemeluk agama ini ke tempat yang terhormat. Sementara pertarungan dengan musuh-musuh Islam yang semakin banyak semoga Allah tidak memperbanyak lagi jumlahnya adalah pertarungan akidah, ideologi, dan masa depan. Dan tempat-tempat yang disucikan tidak mungkin bisa dibebaskan (dari cengkeraman musuh) hanya dengan mengandalkan panji-panji regional yang terbatas atau simbol-simbol golongan yang sempit. Pembebasan itu hanya bisa dilakukan dengan menggunakan simbol Islam, dan hanya Islam, jihad dan syahid.

وَاللهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ
‘’Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya’’. (QS. Yusuf :21)

Ibadallah, Bertakwalah kepada Allah. Guyurlah hati dan jiwa anda dengan sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Renungkanlah mukjizat-mukjizatnya yang agung, dan temukanlah hikmah dan rahasia yang terkandung di dalamnya. Akrabkanlah diri anda, putra-putri anda, dan keluarga anda dengannya. Tanpa dibatasi oleh waktu-waktu tertentu atau momentum-momentum tertentu. Ketahuilah bahwa momentum-momentum syar’i dan kejadian-kejadian yang dialami Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam sejarah kita yang cemerlang harus memiliki pengaruh terhadap upaya memperbaiki metode, memantapkan orientasi dan mengokohkan bangunan.
Di dalam sejarah Islam yang agung terdapat momentum-momentum besar dan kejadian-kejadian penting yang membanggakan dan menyenangkan hati. Namun, metode Islam tidak menganjurkan kita untuk menghidupkan kembali nostalgia-nostalgia semacam itu dan merayakan momentum-momentum tersebut. Yang mutlak dan baik adalah bersikap seperti generasi Salaf.

Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun, edisi pertama, ElBA Al-Fitrah, Surabaya. Diposting oleh Yusuf Al-Lomboky

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites